Senin, 06 Agustus 2018 - 09:32:36 WIB
RESISTENSI ANTI MIKROBA DALAM KEAMANAN PANGAN
Diposting oleh : Balai Besar Penelitian Veteriner
Kategori: Artikel - Dibaca: 2660 kali

Antibiotik adalah “obat mujarab” untuk melawan mikroba. Sejak digunakannya antibiotik pada tahun 1930an, jutaan nyawa telah diselamatkan. Dengan demikian, antibiotik sangat penting digunakan untuk menyelamatkan individu dari infeksi serta memperbaiki kesehatan hewan untuk produksi pangan. Selama beberapa dekade, beberapa jenis antibiotik tidak hanya digunakan untuk tujuan terapeutik namun juga digunakan secara profilaksis pada industri lain seperti pertanian dan peternakan. Meningkatnya permintaan antibiotik di banyak sektor memungkinkan penggunaan obat-obatan yang lebih murah dan tidak di label. Sebaliknya, karena penggunaan antibiotik yang sangat besar dan tidak bertanggung jawab, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap munculnya strain resisten.

Antimicrobial Resistance (AMR) terjadi ketika antimikroba seperti antibiotik telah kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengontrol atau membunuh pertumbuhan bakteri. Masalah AMR berkembang dalam waktu singkat. Ketersediaanya teknologi saat ini banyak orang menyadari efek buruk yang disebabkan oleh munculnya resistensi terhadap obat-obatan yang ada, namun sangat sedikit yang mengambil langkah proaktif dalam penggunaan antibiotik.  Di negara berkembang, hampir semua antibiotik tersedia di atas meja dan dapat dibeli tanpa resep medis yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam menyebabkan resistensi. Penggunaan antibiotik adalah salah satu alasan utama, yang mungkin terkait. Jika resistensi terhadap antibiotik perlu diatasi, satu-satunya cara adalah mendidik pasien dan masyarakat umum.

Makanan juga berperan penting dalam pengembangan dan penyebaran AMR.   Kehadiran mikroorganisme AMR dalam sistem produksi pertanian dan rantai makanan memungkinkan  semua orang terpapar AMR. Praktik kebersihan yang baik di bidang pertanian, merupakan dasar  dalam mencapai keamanan pangan serta kunci untuk mengatasi resistensi antimikroba. Tertelannya organisme AMR melalui makanan jika patogen dapat mengakibatkan penyakit manusia dan penyakit tersebut mungkin tidak respon dengan pengobatan antibiotik atau pengobatan lain. Bahkan jika mikroorganisme itu sendiri tidak patogen, dapat berkontribusi sebagai reservoir resistensi antimikroba dalam persediaan makanan. Mengingat meluasnya pergerakan produk makanan, maka hal ini dapat berkontribusi terhadap penyebaran AMR serta mentransmisikan ketahanan terhadap organisme patogen lainnya. Epidemiologi dan ekologi AMR merupakan interaksi antara komunitas bakteri komensal dan pathogen, rantai makanan, serta lingkungan.

Sumber : https://www.wur.nl/en/show/The-EFFORT-Project.htm

Banyak ilmuwan dan penyedia layanan kesehatan, serta pembuat kebijakan, percaya bahwa tingkat resistensi mikroba terhadap antibiotik kini telah menempatkan pasien dalam bahaya.   Sebagai contoh saat ini bakteri Escherichia coli telah  resisten terhadap hampir semua antibiotik.  Resistensi tersebut baru-baru ini menyebabkan wabah yang meluas di Eropa. Laporan terakhir  menunjukkan bahwa resistensi antibiotik merupakan ancaman global. Munculnya AMR merupakan salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan masyarakat, sehingga pengendaliannya dilakukan dengan budaya pelayanan kesehatan serta kerja sama pemerintah, organisasi kesehatan, dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan.(Andriani)

Sumber : http://www.cdc.gov/drugresistance/solutions-initiative/index.html

Referens :

  1. Crouch E., Dickes L., and Kahle A. 2015. Review on Antibiotic Resistance. Adv Pharmacoepidemiol Drug Saf. 4(3): 1-3.
  2. 2. Sojib, Muhammed A.H., Rachel N., Varshil M., Kazi T.M., Naznin H. 2017. A Review on Antibiotic Resistance: Alarm Bells are Ringing. Cureus 1403.
  3. 3. Courvalin P. 2016. Why is antibiotic resistance a deadly emerging disease?. Clin Microbiol Infect.  22: 405-407.