Minggu, 19 April 2020 - 06:49:51 WIB
Mengapa Mikroplastik Berbahaya?
Diposting oleh : LRPPI Mikrobiologi dalam Ikan dan Produk Ikan
Kategori: Artikel - Dibaca: 3464 kali

Gambar 1. Ilustrasi ikan laut yang mengandung mikroplastik. (Pixabay Public Domain Pictures)

Sumber gambar: Rahmawati Yasinta, 2020

Indonesia baru-baru ini menempati peringkat kedua sebagai produsen limbah plastik terbesar di dunia setelah Cina. Dari sekitar 3.2 juta tons sampah plastik/tahun yang dihasilkan dari akvitas di sekitar pantai, 0.48-1.29 juta Ton/tahun akan terakumulasi di lingkungan laut. Cemaran plastik berpotensi menimbulkan kerusakan ekosistem laut seperti merusak habitat coral reefs, mangrove, dan seagrass. Sementara itu, termakannya sampah plastik dapat membahayakan organisme laut seperti penyu, burung, mamalia laut, ikan, zooplankton, dan hewan laut lainnya (Engler, 2012; Connors, 2017 dalam Dwiyitnoet al., 2018).

Tipe Plastik menurut Oladejo A,( 2017), Ada 7 macam tipe plastik:

  1. Polyethylene terephthalate (PET or PETE), yang ditemukan pada 1900-an dan berasal dari monomer etilena.
  2. High Density Polyethylene (HDPE), yang dikomersialkan pada tahun 1957.
  3. Poly Vinyl Chloride (PVC), yang ditemukan pada tahun 1835 dan dipatenkan pada tahun 1933. Ini adalah plastik terkemuka di Eropa yang diproduksi biasanya dengan proses suspensi dan polimerisasi massal. Ini juga dapat bervariasi seperti PVC kaku, PVC fleksibel, Polyvinyl acetate (PVAc).
  4. Low Density Polyethylene (LDPE), yang dikomersialkan pada tahun 1939.
  5. Polypropylene (PP), yang ditemukan pada tahun 1955 oleh reaksi penambahan gas propilen dengan Titanium klorida.
  6. Polystyrene (PS), yang pertama kali diproduksi pada tahun 1851 dengan melewati benzena dan etilen melalui red hot tube.
  7. Plastik lainnya adalah kategori yang tergantung pada resin atau kombinasi resin. Itu jenis plastik dalam kategori ini termasuk Polycarbonate (PC), Acrylonitrile styrene(AS) dan akrilonitril butadiena styrene (ABS). 

Di bawah ini pada Tabel 1 menunjukkan berbagai properti yang membedakan berbagai jenis plastik. Ciri ini termasuk sifat mekanik, fisik, dan pemrosesan (Oladejo Abiola, 2017)

Tabel 1: Tabel yang menunjukkan jenis plastik, kode SPI (Society plastic industry), Ciri dan aplikasi plastic (Oladejo Abiola, 2017); (Kusmiyati; 2013)

Kode SPI

Ciri

Aplikasi

Polyethylene Terephthalate 

Density: 1,38 g /cm3

Kuat dan jernih

Tahan terhadap panas

Botol bir, botol air, botol minuman, serat tekstil dan

serat karpet.

Jenis ini jika sudah terkena suhu 80 derajat maka sebaiknya dibuang karena memudahkan bahan kimia bermigrasi ke makanan atau cairan di dalamnya

High Density Polyethylene

Density : 0,97 g /cm3

Kekuatan tarik 5000 - 6000 psi

Kuat dan kaku

Resistensi terhadap bahan kimia

Temperatur leleh 130 -137 ° C

Tahan terhadap pelarut di bawah 60 ° C

Tas eceran, pelapis tas sereal,botol deterjen, tempat sampah kompos,wadah susu

 

Polyvinyl Chloride (PVC)

Density: 1.40 g/cm3

Kekuatan tarik 1500 - 3500 psi(fleksibel) dan 6000 - 7500 psi (rigid PVC) Ketahanan fleksibilitas terhadap bahan kimia, minyak atau minyak dengan temperatur leleh 75 - 105 ° C

 Larut dalam aseton dan cyclohexanol tetapi sebagian pada larutan toluene

Mainan, botol sampo, pipa ledeng, pipa konstruksi, lantai dan perlengkapan konstruksi

PVC mengandung komponen berbahaya sehingga penggunaannya dapat diaplikasikan dengan benar agar tidak memperburuk kesehatan.

Penggunaan bahan ini jangan berkontak langsung dengan pangan agresif seperti panas,asam dan berminyak.

Low Density Polyethylene

Density: 0.92 g/cm3

Kekuatan tarik 600 - 2300 psi

Fleksibel dan lembut, mudah  diproses

kuat, fleksibel,kedap air, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya dan melunak pada suhu 70 ° C. Tahan terhadap pelarut di bawah 60 ° C

 

Plastik pembungkus dan kantong buah atau sayur di supermarket.

Polypropylene

Density: 0.90 g/cm3

Kekuatan tarik  4500 – 5500 psi

Kuat dan fleksibel, Ketahanan fleksibel terhadap bahan kimia, minyak atau minyak dan panas. Suhu leleh 175 ° C Tahan terhadap pelarut di bawah 80 ° C

Botol medik, wadah yoghurt, botol kecap, wadah margarin.

Apabila kemasan sudah berubah bentuk akibat melunak pada suhu tinggi sebaiknya tidak lagi digunakan.

Polystyrene

Density: 1.05 g/cm3

Kekuatan tarik 5000 – 7200 psi

Plastik kaku serbaguna dan ringan Styrofoam Suhu leleh 100 ° C

Larut dalam aseton, benzena, toluena dan metilen diklorida

Alat makan plastik, gelas sekali pakai, karton telur. Sterofoam berbahaya jika terpapar suhu panas karena bahan kimia berbahayanya mudah bermigrasi ke makanan dan ini sulit diolah oleh lingkungan

Plastik lainnya

Ttidak mudah pecah, ringan, jernih, secara termal sangat stabil, migran yang diwaspadai yaitu residu bisfenol A (BPA) dengan bahaya Endocrine Disrupter.

Galon air mineral 19 liter, botol air minum, dan botol susu bayi. Bahan ini bila kemasan sudah terlihat buram atau tergores sebaiknya langsung dibuang.

Permintaan plastik di seluruh dunia meningkat setiap tahunnya. Plastik adalah bahan yang dapat kita temukan pada hampir di setiap barang. Aplikasi penggunaan plastik diantaranya adalah Industri bangunan/kontruksi, kemasan makanan, obat-obatan, perumahan , pertanian, perikanan, elektronik dan otomotif. Penggunaan plastik disatu sisi telah mendatangkan manfaat yang cukup besar, namun di sisi lain penggunaan plastik yang tidak sesuai persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan. selain itu plastik  juga sulit diurai oleh mikroorganisme sehingga dapat menimbulkan masalah baru. Plastik merupakan bahan yang sangat tahan lama yang dapat terdegradasi oleh oksidasi termal dengan radiasi ultraviolet dan / atau secara mekanis ke ukuran lebih kecil yang tidak terlihat manusia. Ukuran plastik yang mengecil tersebut bisa menjadi butiran-butiran halus. Mikroplastik menurut Lusher & Peter (2017) didefinisikan sebagai partikel plastik kecil berukuran 5 mm atau lebih kecil. Sumber dari mikroplastik diantaranya adalah sabun mandi, kosmetik dan hasil dari degradasi pastik yang lebih besar.

Menurut Velzeboer et al. (2014) dalam Lusher & Peter (2017), Mikroplastik secara luas digolongkan menurut karakter morfologi yaitu ukuran, bentuk, warna. Ukuran menjadi faktor penting berkaitan dengan jangkauan efek yang terkena pada organisme. Luas permukaan yang besar dibandingkan rasio volume dari sebuah partikel kecil membuat mikroplastik berpotensi melepas dengan cepat bahan kimia. Salah satu contoh klasifikasi mikroplastik berdasarkan bentuk  adalah fragmen, serat manik-manik, busa dan butiran.

Saat ini mikroplastik di Indonesia telah menjadi isu yang krusial yang menarik bagi banyak pihak. Di beberapa negara, penggunaan produk mikroplastik sudah mulai dilarang. Pencemaran mikroplastik tidak hanya berdampak pada daratan tapi juga berbahaya ketika mencemari lautan dan biota laut.  Plastik besar dapat mengapung di permukaan air sedangkan mikroplastik dapat ditemukan di dasar laut.  Berbagai organisme dapat terpapar oleh mikroplastik (Betts K, 2008).

Gambar 2. Mikroplastik

Ada dua kelas mikroplastik berdasarkan bagaimana mereka diproduksi (primer dan sekunder) (Oladejo A, 2017):

  1. Mikroplastik primer adalah virgin plastic pellets, nurdles, dan scrubber mikroplastik,yang sengaja dibuat untuk digunakan dalam kosmetik, abrasive, pembersih tangan dan pembersih kulit
  2. Mikroplastik sekunder adalah partikel plastik kecil yang dihasilkan dari pemakaian, sobekkan, abrasi, kerusakan dan degradasi puing-puing plastik besar. Puing-puing diproduksi melalui fragmentasi bahan plastik yang lebih besar

Untuk pengujian mikroplastik menurut Steven Pang (Knowledge sharing BUSKIPM, 2020) dapat diuji dengan menggunakan : Vibrational Micro-Spectroscopy, dengan mikroskop ini dapat terlihat gambaran partikel plastik, partikel dapat dihitung dan diukur; IR Micro-Spectroscopy dapat melihat banyak bagian dari partikel plastic secara serentak; Quantum Cascade Laser (QCL) dapat digunakan untuk identifikasi mikroplastik yang lebih kecil, pengukuran ukuran, semi kuantitasidan pembuatan laporan.

QCL mengatasi sebagian besar kelemahan dari teknik yang digunakan untuk menganalisis mikroplastik. 8700 LDIR menggunakan Quantum Cascade Laser yang dikembangkan oleh Agilent. Ketika dikombinasikan dengan detektor titik dan pemindaian optik cepat, instrumen dapat memperoleh spektrum IR dari partikel mikro dan mengidentifikasinya dalam hitungan detik.

Ukuran mikroplastik yang sangat kecil memungkinkan untuk masuk dalam tubuh biota laut seperti ikan dan bivalvia, akibatnya polutan ini dapat masuk dalam sistem rantai makanan (aquatic food chain). Dengan demikian keberadaan polutan plastik ini dalam seafood yang dikonsumsi manusia dapat memberikan risiko keamanan pangan yang perlu dikaji lebih jauh.Ketika plastik berubah menjadi mikroplastik dan masuk ke tubuh ikan. Umumnya mikroplastik termakan ikan karena salah makan. Ikan mengira mikroplastik yang dimakan tersebut adalah plankton karena mempunyai ukuran yang sama. Ada juga kemungkinan biomagnifikasi. Plankton mengkonsumsi plastik, kemudian plankton ini dimakan ikan, ikan itu dimakan ikan lain, dan seterusnya. Makin lama makin besar. Kemungkinan akan masuk ke dalam tubuh manusia juga semakin banyak. Pada ikan ditemukan dua kasus ikan yang terpapar mikroplastik sehingga muncul tumor dan gangguan perilaku karena partikel plastik masuk ke aliran darah ikan dan mengganggu kerja otak sehingga ikan berenangnya tidak normal,"(Muhammad Reza Cordova, 2019).

Bahaya yang ditimbulkan pada manusia adalah bila mikroplastik berada di dalam lumen maka dapat berinteraksi dengan darah melalui proses adsorpsi dan akan mengisi protein dan glikoprotein. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan pembengkakan usus. Ukuran mikroplastik yang sangat kecil juga memungkinkan terjadinya transportasi ke jaringan organ lain (Hollman et al., 2013).

Menurut Widianarko B dan Inneke H (2018), Sampai saat ini, mikroplastik belum ditetapkan sebagai senyawa beracun dengan daya racun (toxicity) tertentu. Pada beberapa penelitian menunjukkan mikroplastik berperan sebagai pembawa senyawa pencemar organik. Dalam kajian keamanan pangan mikroplastik bisa dikelompokkan sebagai pencemar pangan baru.

Insariani

 

Referensi:

  1. Betts, Kellyn. 2008. Why small plastic particles may pose a big problem in the oceans. Environmental Science & Technology. https://pubs.acs.org/doi/pdf/10.1021/es802970v [9 Maret 2020]
  2. Connors EJ. 2017, Distribuon and biological implicaons of plasc polluon on the fringing reef of Moorea, French Polynesia. PeerJ 5:e3733
  3. Cordova, Muhammad Reza. 2019. Bom Waktu Itu bernama mikroplastik. Wawancara oleh Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/read/detail/213067-bom-waktu-itu-bernama-mikroplastik [8 Maret 2019]
  4. Dwiyitno, Hedi Indra januar, Singgih Wibowo dan  Fairdiana Andayani.  2018. Ancaman Cemaran Marine Debris dan Mikroplastik Pada Lingkungan Perairan dan Produk Perikanan. Balai Besar Riset Pengolahan Produk Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan KKP.
  5. Engler RE. 2012. The Complex Interacon between Marine Debris and Toxic Chemicals in the Ocean. Environ. Sci. Technol. 46: 12302 − 12315.
  6. Hollman, P.C.H., H. Bouwmeester, and R.J.B. Peters. (2013). Microplastics in the aquatic food chain: Sources, measurement, occurrence and potential health risks. RIKILT Wageningen UR,Wageningen.
  7. Knowledge Sharing Buskipm. 2020.A New Horizon in Rapid Microplastic Characterization.  https://www.youtube.com/ watch?v=2SK_NJhUq8U.[17 April 202]
  8. Kusmiati. 2013. Yuk, Kenali Jenis Plastik Agar Tidak Salah Pilih Kemasan Pangan. https://www.liputan6.com/health/read/723512/yuk-kenali-jenis-plastik-agar-tidak-salah-pilih-kemasan-pangan [16 April 2020]
  9. Lusher, A. L., Peter H & Jeremy M. (2017). Microplastics in Fisheries and 81 Aquaculture. Roma: Food and Agriclture Organization of The United Nations. Bachelors thesis. Helsinki Metropolia University of Applied Sciences
  10. Oladejo Abiola. 2017. Analysis of microplastics and their removal from wate.
  11. Rahmawati, Yasinta. 2020. Waspada Mikroplastik pada Ikan Laut, Ini 5 Efek Sampingnya untuk Tubuh!.https://www.suara.com/health/2020/03/11/142523/waspada-mikroplastik-pada-ikan-laut-ini-5-efek-sampingnya-untuk-tubuh [8 April 2020]
  12. Widianarko B dan Inneke H. 2018. Mikroplastik dalam Seafood dari Pantai Utara Jawa. Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang.