Selasa, 06 September 2022 - 11:16:41 WIB
Review, Temuan dan Capaian dari Pelaksanaan Uji Profisiensi Residu Pestisida dalam Sayur dan Buah di Indonesia selama 5 Tahun di Ditstandalitu Kemendag
Diposting oleh : Administrator
Kategori: Artikel - Dibaca: 313 kali

Uji profisiensi residu pestisida pada sayur dan buah di Indonesia ini adalah yang pertama kali dilaporkan. Laporan ini mencakup review, temuan, dan capaian dari pelaksanaan uji profisiensi selama 5 tahun. Setiap tahun, dari 2016 – 2020, sebanyak 18 – 25 laboratorium berpartisipasi dalam uji profisiensi dan melakukan analisis terhadap 5 – 11 residu pestisida pada matriks tomat, jeruk, selada, beras merah, dan stroberi. Jumlah laboratorium yang berpartisipasi dalam uji profisiensi mengalami kenaikan setiap tahun, namun hanya 38% laboratorium yang melaporkan semua residu pestisida yang diuji profisiensikan selama pelaksanaan keseluruhan program uji profisiensi. Untuk preparasi sampel, sebanyak 72% laboratorium peserta menggunakan metode QuEChERS atau modifikasinya. Semua laboratorium menggunakan gas chromatography (GC) atau liquid chromatography (LC) untuk pengukuran dimana sebanyak 20% menggunakan detektor selain spektroskopi massa. Sebanyak 20-60% laboratorium menggunakan matrix-matched calibration untuk kuantisasi hasil uji. Unjuk kerja laboratorium dievaluasi menggunakan z-score dengan rata-rata 90,8% memuaskan, 3,3% dipertanyakan, dan 5,9% tidak memuaskan. Secara keseluruhan, unjuk kerja laboratorium peserta dapat dinyatakan baik selama pelaksanaan uji profisiensi. Namun perbaikan untuk peningkatan tetap diperlukan terutama terkait jumlah pestisida target yang dianalisis dalam metode multi-residu.

Analisis residu pestisida pada sayur dan buah sudah banyak dilaporkan di seluruh dunia, namun laporan dari Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan data per 1 Juli 2021, terdapat sebanyak 50 ribu artikel terindeks Scopus terkait pestisida dan analisisnya di dalam judul artikel, abstrak, dan kata kunci. Namun hanya terdapat sekitar 139 artikel (0,3%) jika kata “Indonesia” dan “deteksi” ditambahkan ke dalam filter. Selain itu, sepengetahuan kami, deteksi pestisida pada tanaman atau produk tanaman di Indonesia sebagian besar terkait dengan teh, kakao, kopi, dengan hanya dua laporan pada sayuran, yaitu bawang merah dan kentang dan tomat, dan tidak ada dalam buah-buahan. Terbatasnya laporan ini mungkin menyiratkan rendahnya kasus deteksi pestisida atau rendahnya jumlah analisis untuk residu pestisida.

Di sisi lain, sebagai negara agraris, aplikasi pestisida di Indonesia sangat masif. Jumlah pestisida yang terdaftar di Indonesia semakin meningkat demikian pula perdagangannya. Selain itu, aplikasi pestisida di Indonesia tidak hanya selama penanaman, tetapi juga selama penyimpanan. Oleh karena itu, residu pestisida pada produk pertanian sangat mungkin terjadi, dan rendahnya jumlah laporan tentang deteksi pestisida dalam produk pertanian Indonesia kemungkinan besar menunjukkan jumlah analisis yang rendah daripada jumlah kasus yang rendah. Selain itu, analisis residu pestisida pada produk pertanian penting dilakukan untuk memastikan keamanan produk. Karena Indonesia adalah eksportir produk pertanian, analisis residu pestisida diperlukan, tidak hanya untuk memenuhi maximum residue limit (MRL) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, tetapi juga dengan peraturan yang ditetapkan oleh negara tujuan. Di sini, penting untuk memiliki laboratorium yang mampu melakukan analisis secara terus-menerus, sehingga konsentrasi pestisida dalam produk tersebut dapat dipantau dan dipertahankan di bawah MRL sebagaimana diatur. Kegagalan dalam memantau konsentrasi pestisida di negara tersebut dapat mengakibatkan penolakan produk setelah dikirim ke negara tujuan selain risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi produk dengan residu pestisida di negara asal.

Sementara itu, terdapat tantangan terkait analisis residu pestisida pada produk pertanian. Kompleksitas matriks, banyaknya pestisida dan sampel yang ditargetkan, dan MRL yang rendah adalah tantangan utama. Persiapan sampel adalah kunci dalam analisis untuk menghilangkan interferensi yang terkait dengan kompleksitas matriks. Harus dibangun kompetensi secara cepat untuk mengatasi analisis pestisida yang jumlahnya banyak di dalam beragam sampel. Untungnya, preparasi sampel untuk analisis pestisida telah berkembang dari metode konvensional yang rumit yang sebagian besar menggunakan ekstraksi dalam volume pelarut yang besar ke metode yang lebih sederhana yang menggunakan sensor molecularly imprinted polymers, dan bahan berbasis nanoteknologi dalam jumlah kecil. Namun karena prosedurnya yang relatif sederhana, QuEChERS (quick, easy, cheap, effective, rugged, and safe) atau modifikasinya sekarang umum diterapkan sebagai preparasi sampel dalam analisis multiresidu pestisida. Demikian pula, instrumentasi untuk kuantifikasi pestisida juga telah berkembang dan semakin modern. Gas chromatography (GC) dan liquid chromatography (LC), ditambah dengan mass spectrometer (MS) atau tandem mass spectrometer (MS/MS), menggantikan instrumen konvensional untuk pemisahan dan deteksi pestisida. Instrumen-instrumen tersebut terbukti handal dalam mengukur multi-residu pestisida serta untuk mendapatkan batas deteksi yang lebih rendah atau sama dengan MRL. Sayangnya, kemajuan dalam analisis residu pestisida di seluruh dunia tidak serta merta diterapkan di Indonesia. Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam hal jumlah laboratorium dan kemampuannya untuk melakukan analisis.

Selain itu, banyak laboratorium yang masih menggunakan metode dan atau alat preparasi sampel konvensional. GC atau LC dengan detektor electron capture, nitrogen phosphorous, atau ultraviolet masih umum digunakan. Instrumen ini, meskipun masih relevan untuk deteksi residu pestisida dan memberikan kemampuan pemisahan dan sensitivitas yang baik, sulit untuk memberikan batas deteksi pada tingkat MRL serta pengukuran multi-residu. Selanjutnya, untuk penilaian kualitas hasil analisis, laboratorium diwajibkan mengikuti uji profisiensi (UP) jika tersedia dan relevan. Laporan UP residu pestisida pada makanan, dengan sebagian besar dalam sayuran dan buah-buahan, telah tersedia, tetapi tidak ada yang diselenggarakan di Indonesia. Apalagi, baru sedikit laboratorium di Indonesia yang mengikuti uji profisiensi (UP).

Tujuan Uji profisiensi residu pestisida ini adalah yang pertama dilaporkan di Indonesia. Penelitian ini merangkum hasil dan pencapaian UP residu pestisida di Indonesia selama lima tahun yang dilakukan oleh Laboratorium Rujukan Pengujian Pangan Indonesia (LRPPI), Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu (Dit. Standalitu), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Pesertanya adalah laboratorium uji residu pestisida baik pemerintah maupun swasta di bawah jejaring laboratorium pengujian pangan Indonesia. Dalam laporan ini, temuan utama dan capaian dari pelaksanaan UP selama 5 tahun dalam matriks sayuran dan buah-buahan di Indonesia akan dibahas termasuk metode analisis yang digunakan dan kinerja semua peserta.

 Sumber: https://doi.org/10.1007/s00769-022-01502-1